Kanwil Kalbar Pelajari Blok High Risk di Lapas Gunung Sindur
Bogor, INFO_PAS – Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat melaksanakan studi tiru ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Kamis (25/7). Dipimpin oleh Kepala Divisi (Kadiv) Pemasyarakatan, Suprobowati, dan Kadiv Administrasi Kalbar, Ngadiyono Basuki, kedatangan mereka untuk meninjau blok high risk terkait pilot project pembangunan Lapas Super Maximum Security di Kalimantan Barat dalam program Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Setibanya di lokasi, rombongan diterima langsung oleh Pelaksana Harian Kepala Lapas Gunung Sindur, Iwan Setiawan, yang kemudian mengajak rombongan untuk rehat sejenak menuju ruang rapat. Iwan menyampaikan ucapan terima kasih kepada rombongan yang telah bersedia berkunjung ke Lapas Gunung Sindur guna melakukan studi tiru. Ia menjelaskan Lapas Gunung Sindur mempunyai luas lahan ±36.725 m² dimana salah satu bloknya, yaitu Blok A, difungsikan sebagai Lapas Super
Bogor, INFO_PAS – Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat melaksanakan studi tiru ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Kamis (25/7). Dipimpin oleh Kepala Divisi (Kadiv) Pemasyarakatan, Suprobowati, dan Kadiv Administrasi Kalbar, Ngadiyono Basuki, kedatangan mereka untuk meninjau blok high risk terkait pilot project pembangunan Lapas Super Maximum Security di Kalimantan Barat dalam program Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan.
Setibanya di lokasi, rombongan diterima langsung oleh Pelaksana Harian Kepala Lapas Gunung Sindur, Iwan Setiawan, yang kemudian mengajak rombongan untuk rehat sejenak menuju ruang rapat. Iwan menyampaikan ucapan terima kasih kepada rombongan yang telah bersedia berkunjung ke Lapas Gunung Sindur guna melakukan studi tiru.
Ia menjelaskan Lapas Gunung Sindur mempunyai luas lahan ±36.725 m² dimana salah satu bloknya, yaitu Blok A, difungsikan sebagai Lapas Super Maximum Security yang dihuni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) high risk, yaitu narapidana terorisme dan bandar narkoba. Blok ini terdiri dari 36 ruangan atau kamar dimana untuk menutup dan mengunci semua pintu jeruji ruangan menggunakan sistem otomatis dikendalikan oleh satu orang petugas lapas.
[caption id="attachment_82219" align="aligncenter" width="300"]
studi tiru ke Lapas Gunung Sindur[/caption]
"Pusat kendali kunci otomatis semua pintu ruangan di Blok A langsung dipegang Kepala Regu Pengamanan dengan sistem komputer yang diawasi langsung menggunakan CCTV. Masing-masing pintu kamar tahanan di Blok A bisa dibuka terpisah diluar jadwal yang ditentukan dengan cara petugas blok menghubungi Kepala Regu Pengamanan yang mengendalikan kunci otomatis dari jarak jauh. Jadi, petugas yang jaga di Blok A tidak bisa membuka pintu seenaknya," jelas Iwan.
Setiap kamar di blok A berukuran 2 x 3 meter ini hanya dihuni oleh satu WBP. Di dalam kamar itu hanya ada satu tempat tidur serta tempat untuk mandi dan buang hajat WBP yang hanya disekat dengan tembok setengah badan.
"Dalam satu minggu, setiap WBP hanya bisa menerima kunjungan pada Hari Kamis dan Jumat," tambah Iwan.
Selanjutnya, rombongan melakukan tur keliling untuk meninjau setiap sudut bangunan Lapas Gunung Sindur, balai latihan kerja, ruang besukan khusus, layanan informasi, saung self service, ruang kunjungan khusus high risk, ruang laktasi, kantin, poliklinik, pos satops patnal, ruang server CCTV, dan Blok A Super Maximum Security.
Kadiv Pemasyarakatan Kalimantan Barat, Suprobowati, menyampaikan studi tiru ini dilaksanakan sebagai implementasi Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dimana Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat bermaksud membangun Lapas Super Maximum Security.
“Lapas tersebut nantinya akan difungsikan untuk menjalankan program pembinaan bagi WBP tingkat risiko tinggi untuk mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko,†ucapnya.
Kontributor: Alif Arjuli
studi tiru ke Lapas Gunung Sindur[/caption]
"Pusat kendali kunci otomatis semua pintu ruangan di Blok A langsung dipegang Kepala Regu Pengamanan dengan sistem komputer yang diawasi langsung menggunakan CCTV. Masing-masing pintu kamar tahanan di Blok A bisa dibuka terpisah diluar jadwal yang ditentukan dengan cara petugas blok menghubungi Kepala Regu Pengamanan yang mengendalikan kunci otomatis dari jarak jauh. Jadi, petugas yang jaga di Blok A tidak bisa membuka pintu seenaknya," jelas Iwan.
Setiap kamar di blok A berukuran 2 x 3 meter ini hanya dihuni oleh satu WBP. Di dalam kamar itu hanya ada satu tempat tidur serta tempat untuk mandi dan buang hajat WBP yang hanya disekat dengan tembok setengah badan.
"Dalam satu minggu, setiap WBP hanya bisa menerima kunjungan pada Hari Kamis dan Jumat," tambah Iwan.
Selanjutnya, rombongan melakukan tur keliling untuk meninjau setiap sudut bangunan Lapas Gunung Sindur, balai latihan kerja, ruang besukan khusus, layanan informasi, saung self service, ruang kunjungan khusus high risk, ruang laktasi, kantin, poliklinik, pos satops patnal, ruang server CCTV, dan Blok A Super Maximum Security.
Kadiv Pemasyarakatan Kalimantan Barat, Suprobowati, menyampaikan studi tiru ini dilaksanakan sebagai implementasi Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dimana Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat bermaksud membangun Lapas Super Maximum Security.
“Lapas tersebut nantinya akan difungsikan untuk menjalankan program pembinaan bagi WBP tingkat risiko tinggi untuk mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko,†ucapnya.
Kontributor: Alif Arjuli
What's Your Reaction?
